“Banyak orang bertanya, apakah saya akan melaporkan orang-orang yang menghina saya di depan umum,” ujar Dedi dalam unggahan di Instagram pribadinya, Selasa (28/1).
Ia mengungkapkan bahwa dalam aksi unjuk rasa yang menuntut pembukaan kembali tambang ilegal, dirinya disebut sebagai penjahat dan pengkhianat. Namun, ia mengaku sudah terbiasa menghadapi berbagai hinaan, ancaman, bahkan upaya pembunuhan.
Lebih lanjut, Dedi menilai para pendemo hanya berupaya menghidupkan kembali tambang ilegal tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Menurutnya, hal tersebut bertentangan dengan logika publik dan peraturan perundang-undangan.
"Tindakan itu mengajarkan kebodohan kepada masyarakat Jawa Barat dan tidak mencerminkan sosok yang memiliki pemahaman tentang lingkungan. Terlebih jika mereka memiliki latar belakang sebagai pemimpin partai politik," ujarnya.
Dedi berharap masyarakat Jawa Barat memahami bahwa langkah yang diambilnya bertujuan untuk kebaikan bersama. Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan berbagai cacian yang dilontarkan kepadanya.
“Semoga masyarakat menyadari bahwa setiap upaya membangun dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik pasti menghadapi tantangan dan penolakan dari pihak-pihak tertentu,” kata Dedi.
Ia pun mengingatkan bahwa tanah Jawa Barat bukan milik perorangan, melainkan milik seluruh masyarakat.
"Pembangunan bukan hanya untuk kita hari ini, tetapi juga untuk anak cucu kita di masa depan," tandasnya.
(Red)